Biografi, Hal Menarik, Sifat Teladan WS Rendra
TUGAS BAHASA INDONESIA
Biografi WS Rendra
Disusun oleh :
1.
Anindita
Destriana S (06/XI IPA 4)
2.
Bangkit
Amirudin (1 /XI IPA 4)
3.
Permadi
Tri Prasojo (25/XI IPA 4)
4.
Raihanah (28/XI IPA 4)
SMA
NEGERI 1 KEBUMEN
Tahun
Pelajaran 2012/2013
TOKOH
SASTRA INDONESIA
WS
RENDRA
A.
BIOGRAFI WS RENDRA
Masa Kecil Hingga Dewasa
WS Rendra adalah seorang penyair
kenamaan yang dimiliki Indonesia. Ia dilahirkan di Solo pada tanggal 7 November
1935. Nama lahir WS Rendra adalah Willibrordus Surendra Broto, ayahnya bernama
R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan ibunya bernama Raden Ayu Catharina
Ismadillah.
WS Rendra memang dilahirkan dikeluarga
yang kental akan seni, tak heran jika darah seni sangat mudah merasuk dalam
diri Rendra. Ayahnya adalah seorang dramawan yang merangkap sebagai guru Bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia di sebuah sekolah Katolik di Solo, sedangkan ibunya
adalah seorang penari serimpi yang banyak di undang oleh Keraton Surakarta.
WS Rendra menghabiskan masa kecil
hingga SMA nya di Solo dengan bersekolah TK hingga SMA di Sekolah Katolik St.
Yosef. Namun sejak lulus SMA, WS Rendra berhijrah ke Jakarta demi meneruskan
sekolah di Akademi Luar Negeri, akan tetapi malang nasibnya, setelah sampai di
Jakarta ternyata sekolahan tersebut telah tutup.
WS Rendra akhirnya meninggalkan
Jakarta, kota impiannya dan menuju ke Yogyakarta. Pilihannya jatuh pada
Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada. Di fakultas ini, bakat seninya semakin
tertempa dengan baik namun ia tak bisa menyelesaikan studinya di sini. Rendra
kemudian mendapat tawaran beasiswa dari American Academy of Dramatical Art
(AADA) untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia seni tari dan drama,
kesempatan ini tentu tak disia-siakannya. Iapun kemudian pergi ke Amerika pada
tahun 1954 untuk mengambil beasiswa tersebut. Di Amerika, Rendra tak hanya berkuliah
namun juga sering mengikuti seminar tentang seni dan kesusastraan atas undangan
pemerintah AS di Harvard University.
Sebenarnya, bakat seni dari WS Rendra
sudah tampak saat ia masih SMP. Ketika itu, ia sering ikut mengisi acara
sekolah dengan mementaskan drama, puisi serta cerita pendek. Rendra sering
mementaskan drama hasil karyanya. Drama pertama yang ia pentaskan di SMP
berjudul Kaki Palsu. Ia juga kerap mendapatkan penghargaan , salah
satunya adalah saat SMA WS Rendra menang sebagai juara pertama dari Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta dalam dramanya yang
berjudul Orang-Orang di Tikungan Jalan.
Yang paling menonjol adalah bakatnya
dalam membacakan puisi. Puisi-puisi WS Rendra pun kemudian dipublikasikan di
majalah setempat, waktu itu adalah majalah siasat. Awal kali ia menerbitkan
puisisnya di majalah adalah saat tahun 1952, setelah itu hampir rutin tiap
terbit majalah, puisinya selalu ikut menyemarakkan halaman majalah – majalah
lokal tahun 60-an dan 70-an. Beberapa puisi WS Rendra yang tekenal adalah
Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru.
Setelah menang dalam berbagai ajang
seni dan drama serta puisi, WS Rendra semakin semangat menghasilkan karya-karya
baru. Karya-karyanya tak hanya terkenal di dalam negeri, namun juga di manca
negara dengan diterjemahkannya karya-karya beliau dalam bahasa asing seperti
bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Jepang dan bahasa India.
Untuk lebih memfasilitasi dirinya dalam
berkarya serta menularkan kejeniusannya dalam bidang seni drama dan puisi, maka
pada tahun 1967 WS Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta dan Bengkel
Teater Rendra di Depok.
Kisah Cinta dan
Muallaf-nya WS Rendra
Pada umur 24 tahun, WS Rendra
melabuhkan hatinya pada seorang wanita bernama Sunarti Suwandi yang kemudian
memberinya lima orang anak yang bernama Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu
Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta.
Setelah menikah, WS Rendra bukannya
menutup hati, ia malah kepincut dengan salah satu muridnya di Bengkel Teater
yang bernama Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat yaitu putri Keraton
Yogyakarta yang sering maindan belajar di teater Rendra. Jeng Sito adalah
panggilan akrabnya. Jeng Sito sering berbaur dalam rumah tangga WS Rendra –
Sunarti dengan ikut memandikan dan menyuapi anak-anak Rendra. Dari sinilah
kedekatan itu terjalin. Bahkan istri Rendra, Sunarti, mendukung dan ikut
melamarkan Jeng Sito untuk menjadi istri kedua WS Rendra. Namun ayahanda
Sitoresmi keberatan karena perbedaan agama. Rendra Katolik sedang Sitoresmi
Islam.
WS Rendra pun membuat kejutan dengan
bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat di hari pernikahannya dengan
Sitoresmi pada tanggal 12 Agustsu 1970 dan dua rekannya yaitu Taufiq Ismail dan
Rosidi sebagai saksinya.
Menjadi Muallafnya Rendra, membuat
publik melontarkan komentar yang bernada sinis. Publik banyak yang
mempertanyakan ketlusan niat Rendra memeluk Islam, banyak yang menganggap itu
hanyalah sensasi Rendra agar dibolehkan poligami. Menanggapi hal itu, WS Rendra
mengungkapkan bahwa dirinya tertarik Islam sudah cukup lama yaitu ketika
melakukan persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum dirinya
menikah dengan Jeng Sito.
Menurut Rendra, Islam telah berhasil
menjawab kegalauan dirinya akan hakekat Tuhan. “Saya bisa langsung beribadah
kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak
individu saya dihargai,” begitu katanya. Menurutnya lagi Allah lebih dekat dari
urat leher seseorang, jadi jika ingin berdoa tak perlu perantara.
Terlepas dari pro kontra ke-Muallaf-an
Rendra, tudingan terhadapnya tentang publik figur yang haus publisitas dan
gemar popularitas terus menuju padanya. Terlebih model rumah tangganya yang
meletakkan dua istri dalam satu atap.
Ditengah maraknya tudingan miring akan
dirinya dan model rumah tangganya, Rendra kedatangan tamu dari Australia.
Ketika Rendra menemani tamunya yang dari Australia untuk berkeliling ke Kebun
Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, Rendra melihat seekor merak jantan yang lagi
berjalan dengan diapit dua betinanya. Melihat itu, Rendra langusung berseru
dengan tertawa terbahak-bahak Itu Rendra! Itu Rendra!. Mulai saat itulah
julukan Si Burung Merak melekat pada dirinya.
Dari pernikahannya dengan Sitoresmi,
Rendra dikaruniai empat anak yaitu Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi,
dan Rachel Saraswati.
Rendra ternyata tak puas hanya dengan
dua istri, naluri kejantanannya bertingkah lagi dengan menikahi seorang gadis
bernama Ken Zuraida, akan tetapi pernikahan ketiganya ini harus dibayar mahal
dengan mengorbankan dua istri terdahulunya yaitu Sitoresmi dan Sunarti. WS
Rendra harus rela menceraikan dua istrinya ini pada tahun 1979 karena tak
menyetujui Rendra memiliki istri ketiga. Dari pernikahannya yang ketiga, Rendra
mendapat dua anak yaitu Isaias Sadewa dan Maryam Supraba.
Festival,
Penghargaan dan Karya WS Rendra
Ya itulah WS Rendra dengan segala kelebihan prestasi dan kontroversi kehidupannya. Namun tentu kita patut mengacungi jempol untuk berbagai prestasi dan penghargaan yang berhasil digondolnya seperti sebagai berikut :
·
Hadiah
Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954)
·
Hadiah
Sastra Nasional BMKN (1956)
·
Anugerah
Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970).
·
Hadiah
Akademi Jakarta (1975)
·
Hadiah
Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
·
Penghargaan
Adam Malik (1989)
·
The
S.E.A. Write Award (1996) dan
·
Penghargaan
Achmad Bakri (2006)
Selain itu, WS Rendra juga sering
melakukan pementasan drama dan puisi serta aktif mengikuti berbagai festival
seni dan sastra di luar negeri seperti :
·
The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979),
·
The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985),
·
Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985),
·
The First New York Festival Of the Arts (1988),
·
Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989),
·
World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan
·
Tokyo Festival (1995)
Berikut
ini adalah Karya Sajak/Puisi W.S. Rendra
Jangan
Takut Ibu
Balada
Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
Empat
Kumpulan Sajak
Rick
dari Corona
Potret
Pembangunan Dalam Puisi
Bersatulah
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
Nyanyian
Angsa
Pesan
Pencopet kepada Pacarnya
Rendra:
Ballads and Blues Poem (terjemahan)
Perjuangan
Suku Naga
Blues
untuk Bonnie
Pamphleten
van een Dichter
State
of Emergency
Sajak
Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
Mencari
Bapak
Rumpun
Alang-alang
Surat
Cinta
Sajak
Rajawali
Sajak
Seonggok Jagung
WS
Rendra Meninggal
Pada pertengahan tahun 2009, WS Rendra
menderita sakit jantung koroner dan harus menjalani perawatan intensif di RS
Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah satu bulan , penyakitnya
semakin menggerogoti tubuhnya dan akhirnya sang penyair besar Indonesia WS
Rendra menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu juga pada 7 Ogos 2009
tepat jam 22.15 WIB di usianya yang ke 74 tahun.
Jenazah WS Rendra kemudian dikebumikan
di kompleks Bengkel Teater, Cipayung-Citayam, Depok selepas shalat jum’at.
Makamnya tak jauh dari makam Mbah Surip yaitu penyanyi reggae Indonesia yang
terkenal dengann lagu fenomenalnya “Tak Gendong” yang telah berpulang seminggu
sebelumnya. Mbah Surip dan WS Rendra memang bersahabat.
Itulah biografi WS Rendra, sang
sastrawan Indonesia yang dijuluki Burung Merak. Terlepas dari kurang lebihnya
seorang WS Rendra adalah tetap manusia biasa. Sebagaimana peribahasa Tak Ada
Gading Yang Tak Retak. Semoga kita bisa meneladani hal-hal positifnya dan tidak
meniru hal-hal negatifnya.
B.
HAL
MENARIK TENTANG WS RENDRA
1. W.S
Rendra menjadikan sebuah seni untuk menyampaikan kritikan-kritikannya atau
protes yang kebanyakan bertema sosial. Ini mungkin nggak ada lagi kita temuin
sekarang ini. Bagaimana seorang seniman menyampaikan kritikan lewat sastra (
seni ).
2. Sikap
W.S Rendra yang kritis membuktikan kepeduliannya terhadap masalah-masalah
kemanusiaan, nilai budaya dan lingkungan yang mendalam.
3. Memiliki
kepedulian sosial yang tinggi dan mimpi indah Indonesia kedepan dengan rakyat
yang makmur.Hal itu tergambar dari karya dan puisi-puisi-nya yang banyak berisi
kritik sosial, diantaranya puisinya di hadapan mahasiswa Universitas Indonesia
1 Desember 1977
4. W.S
Rendra tidak menguasai satu bidang pengetahuan saja, tetapi ia jungan menguasai
bidang yang lain.
5. W.S
Rendra terus berusaha menjadi yang terbaika walaupun dia tidak menyelesaikan
kuliahnya, tetapi ia terus memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan
tari di Amerika, sehingga pada akhirnya ia mendapat beasiswa dari American
Academy of Dramatical Art
(AADA).
C.
SIFAT
YANG DAPAT DITELADANI DARI WS RENDRA
1. Rendah
hati, terlihat dari bagaimana dia menjalani hidup dengan prestasi-prestasi yang
membanggakan dari dalam negeri maupun luar negri,
2. Pemberani,
terlihat dari bagaimana dia mengapresiasikan suatu karyanya yang berisi
kritikan- kritikan atau protes pada suatu hal yang menurutnya tidak sesuai
dengan kaeadilan.
3. Penyayang
dan bijaksana, terlihat dari bagaimna dia membantu istrinya mengurus, menyuapin
dan memandikan anak-anak mereka.
4. Tidak
mudah putus asa, terlihat pada: Walaupun ia tidak menyelesaikan kuliahnya
, tidak berarti ia berhenti untuk belajar.
5. Memiliki
kepedulian yang tinggi, terlihat pada: Sikap W.S Rendra yang kritis membuktikan
kepeduliannya terhadap masalah-masalah kemanusiaan, nilai budaya dan lingkungan
yang mendalam
DAFTAR
PUSTAKA
Suryanto, Alex
dan Agus Haryanta. 2007. Panduan Belajar
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Esis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar